BLITAR -
Keinginan adalah bagian dari doa. Itu lah yang ada dalam bersit anak muda
bernama Henky May Saputra, warga Desa Plosorejo, Kecamatan Kademangan,
Kabupaten Blitar ini. Dari seorang sopir truk, dia kini bisa mewujudkan mimpi
menjadi bos muda distributor bekatul, jagung, dan pakan ternak.
Pernah suatu
ketika beberapa tahun lalu, di atas bak truk milik salah satu bos tempatnya
bekerja, muncul pikiran dari Henky untuk menjadi seorang bos. Serta
mempekerjakan beberapa pekerja meskipun nanti harus meminjam kendaraan pikap
milik temannya Berawal pada 2021 lalu, dia menjadi seorang sopir pengantar
barang ke Jakarta. Kemudian, dia merasa jenuh. Apalagi saat itu istrinya
melahirkan anak pertama, tetapi dia tidak bisa menunggui istrinya yang sedang
berjuang melahirkan anak pertama mereka.
Saya berpikir,
apakah saya harus terus hidup di atas roda. Setelah tiba di Blitar langsung
memutuskan untuk berhenti bekerja,” ujarnya.
Setelah itu,
kehidupan menganggur benar-benar berat dirasakan. Harus menghidupi anak-istri
dalam kondisi tidak bekerja sangat sulit. Tapi, dia bingung apa yang harus
dikerjakan untuk menghasilkan nafkah buat keluarga.
“Sempat
stres banget, saat itu anak masih kecil, terus untuk memberikan nafkah
bagaimana? Saya benar-benar bingung, kalau mau kerja juga mau kerja apa?”
akunya.
Akhirnya,
dengan niat bekerja, dia mulai menjual ayam ke pasar dan keliling dari kampung
ke kampung dengan menggunakan motor. Berbagai tantangan dihadapi, mulai dari
ayam yang tidak laku, hingga membuatnya menangis di jalan pulang ke rumahSaya
sampai nangis waktu itu. Karena uang dari jualan ayam adalah untuk hidup anak
dan istri. Jadi kalau laku terus, mau menafkahi keluarga dengan apa,” akunya.
Akhirnya,
dia mulai mencoba merintis dengan membuka toko pakan ternak. Awalnya toko harus
tutup, sampai dirinya pulang dari menawarkan dagangan dari kandang ke kandang
milik warga di Desa Plosorejo maupun ke desa-desa tetangga.
“Jadi pas
saya keliling menawarkan pakan ternak yang dibutuhkan oleh peternak, toko pakan
saya tutup dulu. Nanti buka lagi pas saya sudah balik ke rumah,” kenangnya.
Usaha tanpa
lelah mulai mendatangkan hasil. Toko pakan miliknya mulai dikenal oleh banyak
peternak. Saat itu, di awal toko buka, dia hanya mendapatkan uang Rp 16 ribu
sehari.Setelah itu mulai lancar menjadi Rp 80 ribu per hari. Kemudian, setelah
kurang lebih 3 tahun merintis, akhirnya mulai banyak permintaan-permintaan dari
kendang warga sekitar.
“Hampir 3
tahun saya merintis toko pakan ini, hingga mulai lancar dan banyak permintaan
berbagai macam pakan dari para peternak. Awal-awalnya ada peternak yang mau dan
ada juga yang enggan,” bebernya.“Hampir 3 tahun saya merintis toko pakan ini,
hingga mulai lancar dan banyak permintaan berbagai macam pakan dari para
peternak. Awal-awalnya ada peternak yang mau dan ada juga yang enggan,” bebernya.
“Kalau dulu
modalnya Rp 10 juta, beli bekatul ke kandang-kandang sedikit demi sedikit.
Setelah habis, baru beli lagi, begitu seterusnya sampai sekarang,” terangnya.
Semangat
pantang menyerah dan perjuangan tanpa henti akhirnya membuahkan hasil. Kini,
pemuda 27 tahun ini bisa meraup omzet sekitar Rp 30 juta per hari. Saat ini,
dia memiliki pelanggan sekitar 50 peternak. Ada yang berasal dari wilayah
Blitar Selatan, juga dari luar Blitar.